Kamis, 11 Maret 2010

PERGERAKAN GUNUNG

Dalam sebuah ayat, kita diberitahu bahwa gunung-gunung tidaklah diam sebagaimana yang tampak, akan tetapi mereka terus-menerus bergerak.

"Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal dia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al Qur'an, 27:88)

Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seperti mengapung di atas lapisan magma yang lebih rapat. Pada awal abad ke-20, untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada masa-masa awal bumi, namun kemudian bergeser ke arah yang berbeda-beda sehingga terpisah ketika mereka bergerak saling menjauhi.

Para ahli geologi memahami kebenaran pernyataan Wegener baru pada tahun 1980, yakni 50 tahun setelah kematiannya. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Wegener dalam sebuah tulisan yang terbit tahun 1915, sekitar 500 juta tahun lalu seluruh tanah daratan yang ada di permukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan yang dinamakan Pangaea. Daratan ini terletak di kutub selatan.

Sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah menjadi dua bagian yang masing-masingnya bergerak ke arah yang berbeda. Salah satu daratan atau benua raksasa ini adalah Gondwana, yang meliputi Afrika, Australia, Antartika dan India. Benua raksasa kedua adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan Asia, kecuali India. Selama 150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi menjadi daratan-daratan yang lebih kecil.

Benua-benua yang terbentuk menyusul terbelahnya Pangaea telah bergerak pada permukaan Bumi secara terus-menerus sejauh beberapa sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan di Bumi.

Pergerakan kerak Bumi ini diketemukan setelah penelitian geologi yang dilakukan di awal abad ke-20. Para ilmuwan menjelaskan peristiwa ini sebagaimana berikut:

Kerak dan bagian terluar dari magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enam lempengan utama, dan beberapa lempengan kecil. Menurut teori yang disebut lempeng tektonik, lempengan-lempengan ini bergerak pada permukaan bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun. Lempengan-lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantic menjadi sedikit lebih lebar. (Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 30)

Ada hal sangat penting yang perlu dikemukakan di sini: dalam ayat tersebut Allah telah menyebut tentang gerakan gunung sebagaimana mengapungnya perjalanan awan. (Kini, Ilmuwan modern juga menggunakan istilah "continental drift" atau "gerakan mengapung dari benua" untuk gerakan ini. (National Geographic Society, Powers of Nature, Washington D.C., 1978, s.12-13)

Tidak dipertanyakan lagi, adalah salah satu kejaiban Al Qur’an bahwa fakta ilmiah ini, yang baru-baru saja ditemukan oleh para ilmuwan, telah dinyatakan dalam Al Qur’an.

(sumber : Keajaiban Alquran)

Sabtu, 06 Maret 2010

PENILAIAN ADIWIYATA MANDIRI

Berhasil mempertahankan penghargaan Adiwiyata tingkat nasional empat tahun berturut-turut, tahun ini SMA Negeri 2 Kota Probolinggo bakal menuju Adiwiyata Mandiri. Jika diibaratkan penghargaan Adipura (kota dan kabupaten), Adiwiyata Mandiri ini sama halnya dengan Adipura Kencana.

Kemarin (6/3) pagi, tim penilai datang ke SMAN 2 melakukan evaluasi penilaian kepada sekolah Adiwiyata tersebut. SMAN 2 merupakan satu-satunya sekolah di kota ini yang maju ke Adiwiyata Mandiri. Sejumlah sekolah Adiwiyata lainnya masih belum karena belum mendapat Adiwiyata selama empat tahun berturut-turut.

Dua orang tim penilai adalah Dini Margono dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Rully Prayoga dari Jaringan Pendidikan Lingkungan (JPL) Jakarta. "Penilaiannya tidak jauh berbeda dengan penilaian Adiwiyata, ya meliputi perkembangan kebijakan sekolah serta implementasinya Adiwiyata selama ini di SMAN 2," kata Koordinator Adiwiyata Kota Probolinggo Fitriawati.

Tim juga menilai bagaimana cara sekolah mempertahankan Adiwiyata dengan mempunyai program sekolah binaan. Selama ini SMAN 2 sudah punya banyak sekolah binaan Adiwiyata di tingkat kota dan SMPN 1 Sumberasih Kabupaten Probolinggo.

Fitriawati melihat sejauh ini perkembangan Adiwiyata di sekolah itu sangat baik dan siap menuju Adiwiyata Mandiri. "Mempertahankan Adiwiyata memang tidak mudah harus disertai komitmen di internal sekolah itu sendiri. Di SMAN 2 semua sistem Adiwiyata masih terus berjalan," jelasnya saat ditemui di SMAN 2, pagi kemarin.

Koordinator Tim Adiwiyata Jatim dari Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jatim Wiwik Esti menginformasikan di Jatim ada 9 sekolah menuju Adiwiyata Mandiri. Kota Malang ada tiga sekolah SD Tanjung Sekar, SMPN 5 dan SMAN 5. Kota Probolinggo SMAN 2, Surabaya SDK St Theresia, Kabupaten Mojokerto ada dua SDN Sumbersono dan SMAN Dlangu, Kabupaten Gresik SMAN Gresik dan SMPN 1 Sukodono Lumajang.

"Total se Indonesia ada 30 calon sekolah Adiwiyata Mandiri, 9 diantaranya berasal dari sekolah di Jawa Timur," ujar Wiwik kepada Radar Bromo. Menurutnya, tim Adiwiyata Jatim selama ini bersifat pembinaan dan fasilitas untuk pengembangan sekolah Adiwiyata.

Adiwiyata Mandiri merupakan thropy emas untuk sekolah Adiwiyata Mandiri dari presiden bagi sekolah yang tiga tahun berturut-turut telah menunjukkan perkembangan kinerja empat indikator Adiwiyata secara konsisten. Indikator yang dimaksud adalah pengembangan kebijakan sekolah, pengembangan lingkungan hidup, kegiatan partisipatif dan pengembangan kegiatan sarana dan prasarana.

"Saya rasa, setelah kami melihat sangat bagus. Namanya juga Adiwiyata Mandiri jadi semakin lama harus semakin dewasa. Meskipun ada perubahan kepala sekolah tapi semua komitmen masih tetap berjalan dan tidak ada pengaruhnya sama sekali. Ke depannya kami berharap bahwa makna Adiwiyata bukanlah sebuah kompetisi tetapi sudah menjadi budaya. Reward tetap harus diberikan," tuturnya. Sumber : Jawa Pos , tanggal 7 Maret 2010