Jumat, 16 April 2010

Windy, siswa SMA Negeri 2 berikrar masuk agama Islam

PROBOLINGGO - Siswa kelas XI SMAN 2 Kota Probolinggo Windy Prasetyo, 18, mengambil keputusan besar dalam hidupnya. Ia memutuskan masuk Islam. Kemarin (16/4), Windy berikrar masuk Islam dengan membaca dua kalimat syahadat di musala sekolahnya seusai salat Jumat.

Disaksikan ratusan siswa, guru, kepala sekolah dan keluarganya, Windy diislamkan oleh petugas KUA Kanigaran bernama Azhar. Sekira pukul 13.30 prosesi berlangsung. Hanya memakan waktu 15 menit. Usai mengucap dua kalimat syahadat, Windy menandatangani surat dan memotong sedikit rambutnya.

Dengan mengenakan baju koko dan berkopyah, Windy siang itu terlihat begitu berbinar-binar. Demikian pula ayahnya, Surahman, yang duduk tepat di sisi kiri putranya.

Yang terjadi di musala SMAN 2 siang itu seperti ulangan peristiwa yang terjadi pada 2006. Bedanya, saat itu yang berikrar masuk Islam adalah murid SMAN 2 Kristin Lidiawati. Dan Kristin Lidiawati adalah kakak kandung Windy.

Kepala Sekolah SMAN 2 Safi'udin menjelaskan, keinginan Windy masuk Islam sebelumnya disampaikan kepada dirinya dan gurunya. Karena itu pihak sekolah bersedia memfasilitasi niat baik salah satu muridnya tersebut. Dan prosesinya dilaksanakan kemarin, bertepatan di hari Jumat dan ada kegitan remaja masjid (remas).

Ceritanya, dua minggu lalu saat berlangsung mata pelajaran agama Islam di kelasnya, Windy diminta keluar kelas. Itu sudah jadi hal biasa. Siswa nonmuslim bakal keluar saat pelajaran agama Islam berlangsung.

"Windy ini disuruh keluar, tidak mau. Kebetulan waktu itu kami sedang mempelajari tentang kitab Allah. Sehari kemudian, Windy datang kepada saya dan kepala sekolah (menyatakan keinginannya masuk Islam). Jadi, tidak ada penekanan dalam hal ini," kata Anshori, guru agama.

Ternyata Windy sudah satu semester terakhir selalu mengikuti pelajaran agama Islam. Saban ada pelajaran agama Islam, dia tidak mau keluar kelas. "Penafsiran kami, yang bersangkutan ingin mengetahui dan memahami agama Islam. Sementara, setiap pelajaran agama Kristen di hari Jumat, juga tidak pernah ikut," tambah Kepala Sekolah Safi'udin.

Kepada Radar Bromo, Windy yang anak kedua dari dua bersaudara itu mengatakan sudah lama ingin menjadi Muslim. "Tapi masih belum punya keberanian, masih ragu-ragu. Saya sudah tidak pernah ke gereja selama satu tahun. Sekarang saya yakin dari hati menjadi Muslim," ujar pemuda yang mengaku belum punya kekasih itu.

Windy mengaku belum bisa salat. Tetapi dia yakin ada ayah dan gurunya yang bisa membimbingnya mempelajari Islam.

Surahman, ayah Windy, berbunga-bunga dengan keputusan putranya. "Alhamdulillah. Ya namanya anak, selalu ingin ikut orang tua untuk memilih yang terbaik. Waktu anak saya bilang mau masuk Islam, saya begitu bersyukur," ucap Surahman yang seorang guru SD di Blado Wetan, Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo.

Surahman bercerita, pernikahannya dengan wanita bernama Sumiyati, dulu dicatatkan di Catatan Sipil (Capil). Mereka berbeda keyakinan. Surahman seorang Muslim, Sumiyati seorang Nasrani.

Sejak lahir, Lidia dan Windy ikut keyakinan ibunya. Namun, saat mulai menginjak remaja, keduanya beralih ikut keyakinan ayahnya, menjadi Muslim. Tapi, Surahman menegaskan tak pernah memaksa agar anak-anaknya masuk Islam. Keputusan mereka masuk Islam murni berasal dari hati mereka yang paling dalam.

Surahman masih ingat saat Ramadan tahun lalu. Windy juga ikut menemaninya dan sang kakak berbuka puasa dan makan sahur. Kini, Surahman sungguh bersyukur. "Enak, sekarang kalau puasa bisa sahur bareng dan salat Jumat bersama-sama. Kalau dulu kan masih sendirian," katanya dengan raut muka menunjukkan kebahagiaan.

Selanjutnya, baik kepala sekolah dan orang tua berharap, dengan iman barunya Windy bisa lebih baik dari sebelumnya. Baik di dunia dan akhirat. "Sekarang hatinya sudah tidak gelisah lagi. Karena yang dicari sudah ditemukan," ucap Safi'udin diamini ayah Windy.
( Sumber radar Bromo 17/4.2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar